Benturan kepentingan
Benturan kepentingan adalah perbedaan
antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi
direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Perusahaan
menerapkan kebijakan bahwa personilnya harus menghindari investasi, asosiasi atau
hubungan lain yang akan mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan
penilaian baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Sebuah
situasi konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau memiliki
kepentinganyang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan
pekerjaannya secara obyektif dan efektif. Benturan kepentingan juga muncul
manakala seorang karyawan, petugas atau direktur, atau seorang anggota dari
keluarganya, menerima tunjangan pribadi yang tidak layak sebagai akibat dari
kedudukannya dalam perusahaan. Berikut ini merupakan berberapa contoh upaya
perusahaan /organisasi dalam menghindari benturan kepentingan :
·
Menghindarkan diri dari tindakan dan situasi yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
perusahaan.
·
Mengusahakan lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun
perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemupukan.
·
Menyewakan properti pribadi kepada perusahaan yang dapat
menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemeliharaan.
·
Memiliki bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan.
·
Menghormati hak setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di
luar jam kerja, yang sah, di luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas
dari benturan dengan kepentingan.
·
Mengungkapkan dan melaporkan setiap kepentingan dan atau
kegiatan-kegiatan di luar pekerjaan dari perusahaan
·
Menghindarkan diri dari memiliki suatu kepentingan baik keuangan
maupun non-keuangan pada organisasi / perusahaan yang merupakan pesaing.
·
Tidak akan memegang jabatan pada lembaga-lembaga atau institusi
lain di luar perusahaan dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan
tertulisdari yang berwenang.
Etika
dalam tempat kerja
Kemerosotan nilai dalam dunia kerja juga
diakui oleh ahli filsafat Franz Magnis Suseno, bahwa etika dalam tempat kerja
mulai tergeser oleh kepentingan pencapaian keuntungan secepat-cepatnya. Eika
sudah tidak ada lagi dan kegiatanekonomi hanya dimaknakan sebagai usaha mencari
uang dengan cepat. Akibatnya, perusahaan memberlakukan karyawan dengan buruk
dan tidak menghormati setiap pribadi. Etika dalam profesionalisme bisnis. Ada
dua hal yang terkandung dalam etika bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab.
Kepercayaan diterjemahkan kepada bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia
kerja dan menolak stigma lama bahwa kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian
memperdayasaingan. Sedangkan tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga
insan bisnis jangan puas hanya terhadap kualitas kerja yang asal-asalan.
Dalam pandangan rasional tentang
perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja mencapai tujuan
perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam tujuan
tersebut. Jadi, bersikap tidak etis berarti menyimpang dari tujuan-tujuan
tersebut dan berusaha meraih kepentingan sendiri dalam cara-cara yang jika
melanggar hukum dapat dinyatakan sebagai salah satu bentuk “kejahatan kerah
putih”. Adapun beberapa praktik di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan
etika dengan berinteraksi di dalam suatu perusahaan, misalnya:
1. Etika Terhadap Saingan
Kadang-kadang ada produsen berbuat kurang
etis terhadap saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa produk saingan kurang
bermutu atau juga terjadi produk saingan dirusak dan dijual kembali ke pasar,
sehingga menimbulkan citra negatifdari pihak konsumen.
2. Etika Hubungan dengan Karyawan
Di dalam perusahaan ada aturan-aturan dan
batas-batas etika yang mengatur hubungan atasan dan bawahan, Atasan harus ramah
dan menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi kesempatan naik pangkat, dan
memperoleh penghargaan.
3. Etika dalam hubungan dengan public
Hubungan dengan publik harus di jaga
sebaik mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis. Hubungan dengan
public ini menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup.
Aktivitas
bisnis internasional – masalah budaya
Apakah sebuah bisnis merupakan
multinasional sejati atau hanya menjual kepada beberapa pasar luar negeri
tertentu, terdapat sejumlah faktor yang akan berpengaruh terhadap operasi
internasionalnya. Keberhasilan dalam pasar luar negeri sebagian besar
ditentukan oleh cara-cara bisnis tersebut menanggapi hambatan sosial, ekonomi,
hukum, dan politik dalam perdagangan internasional.
Perbedaan Sosial dan Budaya :
Setiap perusahaan yang memiliki rencana
menjalankan bisnis di negara lain harus memahami perbedaan antara masyarakat
dan budaya negara tersebut dengan negara asalnya, beberapa perbedaan tentu saja
cukup jelas terlihat. Sebagai contoh, perusahaan harus memperhitungkan faktor
bahasa dalam melakukan penyesuaian terhadap pengepakan, tanda dan logo.
Akuntabilitas
Sosial
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
·
Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan
manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang
berkaitan dengan produksi suatu perusahaan.
·
Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan
terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting,
social auditing.
·
Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat
menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan
keuntungan sosial suatu perusahaan.
·
Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi
lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian.
Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah,
diantaranya:
·
Menentukan biaya dan manfaat social yaitu Sistem nilai
masyarakat merupakan faktor penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah
nilai diasumsikan dapat diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar
masyarakat dan mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik.
·
Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaat yaitu saat aktivitas yang
menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi
·
Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir yaitu Tanggung
Jawab Sosial Bisnis dunia bisnis hidup ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya
tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada suatu
tanggungjawab social yang dipikul oleh bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh
masyarakat terhadap bisnis yang kurang memperhatikan lingkungan.
Manajemen
Krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama
perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis
yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis
‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.
Kejadian buruk dan krisis yang melanda
dunia bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti
Tsunami, musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai
kepada karyawan yang mogok kerja. Aspek dalam Penyusunan Rencana Bisnis.
Setidaknya terdapat enam aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin
menyusun rencana bisnis yang lengkap. Yaitu tindakan untuk menghadapi :
·
Situasi darurat (emergency response),
·
Skenario untuk pemulihan dari bencana (disaster recovery),
·
Skenario untuk pemulihan bisnis (business recovery),
·
Strategi untuk memulai bisnis kembali (business resumption),
·
Menyusun rencana-rencana kemungkinan (contingency planning), dan
·
Manajemen krisis (crisis management).
Penanganan Krisis pada hakekatnya dalam
setiap penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama
tim manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan
selama masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi
terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik
dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus
menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang
diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.
Sumber :
·
Erni R. Ernawan. 2007. Bussiness Ethics. Alfabeta.
·
Isnanto, R. Rizal. 2009. Buku ajar etika profesi.
Semarang: Universitas Diponegoro
·
Coombs, W.T. 2010. The Handbook of Crisis Communication. West
Sussex: Wiley-Blackwell
·
Harrison, G. 2005. Communication Strategies as a Basis for
Crisis Management Including Use of the Internet as a Delivery Platform
Dissertation. Georgia State University. Georgia
·
Harrison, K. 2008. Strategic Public Relations: A Practical
Guide to Success (5ed). Perth: Century Consulting Group
·
Kriyantono, Rachmat. 2012. Public Relations & Crisis
Management. Jakarta: Kencana
No comments:
Post a Comment